Pola konsumsi makanan yang tak berimbang menyebabkan struktur tubuh anak-anak Indonesia semakin tidak ideal. Jika tidak segera diatasi, karakter fisik manusia Indonesia ke depan adalah pendek dan gemuk.
Berdasarkan informasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan pada 2010, tinggi badan anak laki-laki Indonesia pada umur 5 tahun rata-rata kurang 6,7 sentimeter dari tinggi yang seharusnya, sedangkan pada anak perempuan kurang 7,3 sentimeter. Anak umur 5 tahun seharusnya memiliki tinggi badan 110 sentimeter.
Menurut Minarto, Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persegi) dalam seminar Gizi Lebih : Ancaman Tersembunyi Masa Depan Anak Indonesia mengatakan ”Tubuh pendek itu terkait kondisi ekonomi, sedangkan gemuk berhubungan dengan pola makan seseorang,”. Walaupun masih anak-anak, bukan berarti pola makan yang berlebih bisa membuat anak sehat, malah pola makan berlebih itu bisa berbahaya bagi pertumbuhan anak.
Badan pendek disebabkan kurangnya asupan pangan hewani. Dan kegemukan terjadi karena kelebihan konsumsi makanan yang mengandung minyak dan lemak serta padi-padian.
Data Direktori Pengembangan Konsumsi Pangan Badan Ketahanan Pangan 2009 menunjukkan, konsumsi pangan hewani masyarakat Indonesia baru mencapai 60 % dari jumlah yang dianjurkan.
Kurangnya konsumsi pangan hewani akan membuat kurangnya sejumlah zat gizi mikro yang menjadi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. Konsumsi pangan hewani tidak dapat digantikan jenis bahan pangan lain. Jenis pangan ini dapat diperoleh dari daging, aneka jenis ikan, dan telur.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2010, prevalensi kegemukan anak balita Indonesia mencapai 14%, dengan rincian prevalensi 14,9% dari keluarga kaya dan 12,4% dari keluarga kurang mampu. Jumlah anak balita kegemukan meningkat karena survei serupa pada 2007 menunjukkan prevalensi anak balita kegemukan baru 12,2%.
Kasus kegemukan paling banyak terjadi tahun 2010, yaitu di Jakarta dengan 19,6%. Kalau dulunya penumpukan lemak pada pinggang, biasanya dialami orang dewasa, kini semakin banyak terjadi pada anak-anak. Semua itu terjadi ya karena pola makan yang keliru, yaitu banyaknya konsumsi susu dan makanan manis, kegemukan juga disebabkan kurangnya aktivitas fisik karena anak terlalu banyak menonton televisi dan berkegiatan di dalam rumah yang sempit.
Salah jika ada anggapan yang mengatakan bahwa anak gemuk adalah anak yang lucu dan sehat.
Berdasarkan informasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan pada 2010, tinggi badan anak laki-laki Indonesia pada umur 5 tahun rata-rata kurang 6,7 sentimeter dari tinggi yang seharusnya, sedangkan pada anak perempuan kurang 7,3 sentimeter. Anak umur 5 tahun seharusnya memiliki tinggi badan 110 sentimeter.
Menurut Minarto, Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persegi) dalam seminar Gizi Lebih : Ancaman Tersembunyi Masa Depan Anak Indonesia mengatakan ”Tubuh pendek itu terkait kondisi ekonomi, sedangkan gemuk berhubungan dengan pola makan seseorang,”. Walaupun masih anak-anak, bukan berarti pola makan yang berlebih bisa membuat anak sehat, malah pola makan berlebih itu bisa berbahaya bagi pertumbuhan anak.
Badan pendek disebabkan kurangnya asupan pangan hewani. Dan kegemukan terjadi karena kelebihan konsumsi makanan yang mengandung minyak dan lemak serta padi-padian.
Data Direktori Pengembangan Konsumsi Pangan Badan Ketahanan Pangan 2009 menunjukkan, konsumsi pangan hewani masyarakat Indonesia baru mencapai 60 % dari jumlah yang dianjurkan.
Kurangnya konsumsi pangan hewani akan membuat kurangnya sejumlah zat gizi mikro yang menjadi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. Konsumsi pangan hewani tidak dapat digantikan jenis bahan pangan lain. Jenis pangan ini dapat diperoleh dari daging, aneka jenis ikan, dan telur.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2010, prevalensi kegemukan anak balita Indonesia mencapai 14%, dengan rincian prevalensi 14,9% dari keluarga kaya dan 12,4% dari keluarga kurang mampu. Jumlah anak balita kegemukan meningkat karena survei serupa pada 2007 menunjukkan prevalensi anak balita kegemukan baru 12,2%.
Kasus kegemukan paling banyak terjadi tahun 2010, yaitu di Jakarta dengan 19,6%. Kalau dulunya penumpukan lemak pada pinggang, biasanya dialami orang dewasa, kini semakin banyak terjadi pada anak-anak. Semua itu terjadi ya karena pola makan yang keliru, yaitu banyaknya konsumsi susu dan makanan manis, kegemukan juga disebabkan kurangnya aktivitas fisik karena anak terlalu banyak menonton televisi dan berkegiatan di dalam rumah yang sempit.
Salah jika ada anggapan yang mengatakan bahwa anak gemuk adalah anak yang lucu dan sehat.
0 komentar:
Posting Komentar