London, Ternyata bukan hanya makanan cepat saji yang bikin gemuk, tapi makan cepat-cepat pun bisa membuat seseorang lebih gemuk. Studi tentang kebiasaan makan ini membenarkan pepatah orang tua yang mengatakan bahwa sebaiknya seseorang mengunyah makanan minimal 20 kali sebelum menelan.
Studi menunjukkan bahwa orang yang menelan makanannya dengan cepat cenderung mengonsumsi makanan lebih banyak dibanding orang yang makan dengan santai. Peneliti percaya bahwa makan cepat akan menghentikan produksi hormon peptida YY dan glukagon-peptida di usus yang bertindak sebagai pengerem nafsu makan pada otak.
Hormon yang seharusnya memberi tahu otak bahwa makanan di perut sudah penuh menjadi tidak berfungsi. Akibatnya, seseorang tidak akan merasa kenyang dan menjadi keterusan makan.
Professor Stephen Bloom dari Imperial College, London mengatakan bahwa tren makan cepat yang biasa dilakukan pekerja kantoran atau orang-orang yang sibuk akan memicu risiko obesitas. "Makan cepat sambil mengerjakan pekerjaan di depan komputer akan mempercepat risiko obesitas," ujar Stephen seperti dikutip dari Dailymail, Kamis (5/11/2009).
Untuk itu, Stephen menganjurkan agar seseorang tidak makan dengan cepat-cepat. "Tidak ada salahnya makan dengan perlahan-lahan dan terkontrol. Dengan begitu seseorang justru bisa lebih langsing," jelas Stephen.
Dalam studinya, peneliti mencoba membandingkan pengaruh pola makan cepat dan perlahan pada partisipan terhadap kadar glukosa, insulin dan lemaknya. Masing-masing partisipan diberi makan 300 ml es krim dan diinstruksikan untuk makan dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Selain mengukur kadar gula darah, peneliti juga mengukur kadar hormon peptida YY dan glukagon-peptida yang berfungsi mengirim sinyal pada otak untuk berhenti makan.
Hasilnya adalah, partisipan yang makan es krim dalam waktu 30 menit memiliki kadar hormon yang lebih tinggi dalam darah dan merasa sudah kenyang dibanding mereka yang makan dengan buru-buru. Itu artinya partisipan yang makan dengan terburu-buru akan memiliki hormon peptida YY dan glukagon-peptida yang lebih sedikit dalam tubuhnya.
Studi ini dimuat dalam Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism. "Banyak orang yang sudah tahu bahwa makan cepat bisa menimbulkan konsumsi berlebih dan obesitas. Beberapa studi sebelumnya pun sudah membuktikannya. Namun tetap saja banyak orang yang sulit menghentikan kebiasaan buruknya itu," ujar Dr Alexander Kokkinos, dari Laiko General Hospital, Athena, Yunani.
Studi menunjukkan bahwa orang yang menelan makanannya dengan cepat cenderung mengonsumsi makanan lebih banyak dibanding orang yang makan dengan santai. Peneliti percaya bahwa makan cepat akan menghentikan produksi hormon peptida YY dan glukagon-peptida di usus yang bertindak sebagai pengerem nafsu makan pada otak.
Hormon yang seharusnya memberi tahu otak bahwa makanan di perut sudah penuh menjadi tidak berfungsi. Akibatnya, seseorang tidak akan merasa kenyang dan menjadi keterusan makan.
Professor Stephen Bloom dari Imperial College, London mengatakan bahwa tren makan cepat yang biasa dilakukan pekerja kantoran atau orang-orang yang sibuk akan memicu risiko obesitas. "Makan cepat sambil mengerjakan pekerjaan di depan komputer akan mempercepat risiko obesitas," ujar Stephen seperti dikutip dari Dailymail, Kamis (5/11/2009).
Untuk itu, Stephen menganjurkan agar seseorang tidak makan dengan cepat-cepat. "Tidak ada salahnya makan dengan perlahan-lahan dan terkontrol. Dengan begitu seseorang justru bisa lebih langsing," jelas Stephen.
Dalam studinya, peneliti mencoba membandingkan pengaruh pola makan cepat dan perlahan pada partisipan terhadap kadar glukosa, insulin dan lemaknya. Masing-masing partisipan diberi makan 300 ml es krim dan diinstruksikan untuk makan dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Selain mengukur kadar gula darah, peneliti juga mengukur kadar hormon peptida YY dan glukagon-peptida yang berfungsi mengirim sinyal pada otak untuk berhenti makan.
Hasilnya adalah, partisipan yang makan es krim dalam waktu 30 menit memiliki kadar hormon yang lebih tinggi dalam darah dan merasa sudah kenyang dibanding mereka yang makan dengan buru-buru. Itu artinya partisipan yang makan dengan terburu-buru akan memiliki hormon peptida YY dan glukagon-peptida yang lebih sedikit dalam tubuhnya.
Studi ini dimuat dalam Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism. "Banyak orang yang sudah tahu bahwa makan cepat bisa menimbulkan konsumsi berlebih dan obesitas. Beberapa studi sebelumnya pun sudah membuktikannya. Namun tetap saja banyak orang yang sulit menghentikan kebiasaan buruknya itu," ujar Dr Alexander Kokkinos, dari Laiko General Hospital, Athena, Yunani.
0 komentar:
Posting Komentar